home

Senin, 13 Juli 2015

7 Amalan yang akan selalu mengalir pahalanya


1. Orang yang mengajarkan ilmu.
2. Orang yang mengalirkan pengairan
3. Orang yang menggali sumur untuk keperluan khalayak ramai.
4. Orang yang menanam pohon
5. Membangun masjid.
6. Orang yang menyumbangkan mushap. Orang yg menyumbangkan Al-qar'an yang akan dipelajari orang banyak.
7.orang yang meninggalkan anak yg soleh yg akan mendoakannya.


Selasa, 30 Juni 2015





randai menjadi hiburan tradisional di kecamatan inuman


RANDAI KUANTAN (NIFRA)
Gesekan Piual—Biola, hentakan pukulan Gondang dan tiupan lapri (Serunai), diiringi langkah tari merupsakan ciri khas tersendiri dari Randai Kuantan. Salah satu bentuk kesenian rakyat tradisional Kabupaten Kuantan Singingi. Randai Kuantan merupakan kesenian rakyat yang komunikatif, lahir dan berkembang di tengah-tengah masyarakat Kuantan. Randai Kuantan membawakan suatu cedrita yang sudah disusun sedemikian rupa dengan dialog dan pantun logat Melayu Kuantan, disertai lagu-lagu Melayu Kuantan sebagai paningkah babak-babak cerita.
Memang suatu pertunjukan kesenian rakyat yang membuat kita pun ingin ikut bergoyang melihatnya, bahkan mengelitik hati. Tak urung gelak tawa pun akan keluar dengan seketika. Cerita yang dibawakan biasanya sudah melekat di hati orang Rantau Kuantan, sehingga randai sudah begitu akrab di tengah-tengah masyarakat.
Tak di ketahui secara pasti, kapan randai mulai ada di daerah ini. Tetapi apabila menilik dari sejarah, maka randai ini telah ada semenjak zaman penjajahan Belanda dulu. Randai di pergerlarkan dalam acara pesta perkawinan, sunatan, doa padang, kenduri kampung dan acara lainnya yang di anggap perlu untuk menampilkan Randai.
Biasanya dilaksanakan pada malam hari, memakan waktu 2 hingga 4 jam. Disinilah orang sekampung mendapat hiburan dan bisa bertemu dengan kawan-kawan dari lain desa.
Berhasilnya sebuah pertunjukan tidak terlepas dari peran serta pemain, pemusik dan penontonnya. Untuk sebuayh ceriata yang akan dibawakan biasanya memakan waktu latihan sekitar satu bulan atau lebih. Memang waktu latihannya tidak setiap hari, rutinnya hanya pada malam Ahad.
Tetapi apabila akan mengadakan pertunjukan maka waktu latihannya akan ditambah sesuai dengan kesepakatan bersama. Dengan jumlah anggota 15 sampai 30 orang untuk satu tim randai, terdiri dari penari, pemusik, dan tokoh dalam cerita. Jumlah tokoh tergantung cerita yang dibawakan. Biasanya jumlah pemusik tetap. Satu Piual, 2-3 gendang, satu peniup lapri.
Keunikan randai memang mempunyai daya tarik tersendiri dibandingkan denga kesenian rakyat lainnya yang hidup di Rantau Kuantan. Antara lain adalah, adanya tokoh wanita di perankan oleh laki-laki yang berpakaian wanita, dan sindiran-sindiran terhadap pejabat dalam bentuk pantun.
Tokoh wanita yang diperankan laki-laki ini dimaksudkan untuk menjaga adat dan norma-norma Agama. Karena latihan pada malam hari dan pertunjukan juga pada malam hari, sehingga kalau ada anak dara yang tampil ini merupakan suatu yang tabu bagi masyarakat. Selain itu juga untuk menjaga supaya hal-hal yang tidak diinginkan tidak terjadi.
Sewaktu pementasan para Anak Randai membentuk lingkaran dan menari sambil mengelilingi lingkaran, sehingga pemain tidask berkesan berserakan dan terlihat rapi. Menyaksikan Randai Kuantan kita akan terbuai dan merasakan suasana kehidupan desa. Bermain, kebun karet, bergurau, bersorak sorai serta berbincang, tentu dengan lidah pelat Melayu Kuantan. Sehingga perantau yang pulang kampung ke Rantau Kuantan tak pernah melawatkan pertunjukan ini.
Untuk menyaksikan pertunjukan Randai Kuantan bukanlah hal yang sulit, karena Randai Kuantan sampai saat ini tetap banyak didapatkan di Rantau Kuantan, bahkan pada saat ini hampir setiap desa mempunyai kelompok randai.
Sebuah kelompok Randai juga mempunyai sutradara yang mengatur jalan cerita sebuah pertunjukan randai. Sutradara atau peramu cerita harus mempunyai wawasan yang luas terutama dalam hal pengembangan dialog dan pantun. Tidak hanya itu, dia sedikit banyak juga harus mengerti tentang peralatan alat musik yang digunakan. Disinilah sutradara dituntut untuk menampilkan yang terbaik. Sehingga penonton tidak merasa bosan dengan alur ceritanya.
Peran pemerintah untuk melastarikan kesenian tradisonal Kuantan ini memang ada. Terbukti dengan diperlombakannya kesenian ini pada setiap Festival Pacu Jalur di Teluk Kuantan. Disinilah mereka bisa menguji kemampuan kelompoknya untuk menjadi yang terbaik. selain itu pada Festival Budaya melayu (F

cerita dari nagori kuantan


Asal-Usul Nama Kukok
By.mulfransware yusda

Sebelum agama Islam masuk ke daerah Cerenti, dan begitu juga para penduduknya belum ramai, ada di antara penduduk Komang Patah yang berburu ke hutanh Kukok pada waktu itu belum ada namanya dan baru disebut oleh para penduduk kampung Cerenti ialah dengan nama hutan saja.
Dan begitu juga keadaan hutan Kukok, tentang sungainya belum serupa dengan keadaan sekarang, hanya baru merupakan suatu tempat air lalu ke hilir.
Setelah sampainya mereka di daerah tersebut, kemudian mereka melihat sebuah kotak yang hanyut dari hulu.
Di antara mereka bertanya-tanya, apa yang ada di dalam kotak itu. Selanjutnya pula kotak itu menuju ke arah mereka. Tetapi anehnya kotak tersebut bahwa di waktu ia berjalan di bawa arus air, bumi dan juga tepi sungai berkuak atau bertambah lebar.
Karena mereka ingin tahu juga apa yang sebenarnya di dalam kotak, maka ia mencoba merenangi kotak itu, sehingga kotak tersebut dapat dibawanya ke tepi. Dan di waktu mereka membuka kotak itu, tiba-tiba mereka menjerit karena kaget sebab di dalam kotak berisi sesosok tubuh bayi yang telah menjadi mayat.
Dengan hal demikian, kata-kata yang diucapkan di antara mereka, tiak tepat pada kalimatnya lagi. Yang mana ia hendak meyebut pegang mayat itu, atau kakok mayat itu hendak dikeluarkan maksudnya, karena saking gugupnya kata-kata kakok, terucap “ku...kok”. Pada waktu itu hutan Kukok disebut dengan hutan Kakok. Tetapi setelah bertahun-tahun lamanya, disebut Kukok.
Mengenai halnya kotak tersebut, adalah seorang manusia yang tidak mempunyai ayah atau anak jadah. Daerah yang dilalui oleh kotak itu sejak dari muara sungai hingga sampai ke muara Batang Peranap.
Menurut cerita dari orang tua-tua, pada waktu nenek moyang masih memakan masak mentah, terjadi suatu yang keji yang mana halnya bahwa paman kandungnya berbuat maksiat dengan seorang gadis kemenakannya sendiri, sehingga sampai mengandung.
Pada waktu anaknya lahir, anak tersebut dihanyutkan ke sungai dengan suatu alat tempat, ialah kotak. Beberap hari bayi itu hanyut, dan juga dimana sungai yang dilaluinya, sungai tersebut atau hutan yang dilaluinya itu tetap berkuak atau menhelak. Sebab hutan dan daerah itu tidak mau menerima bayi tersebut.
Sewaktu para penduduk menjumpai di sungai Kukok, kotak yang berisi bayi itu terus ke hilir hingga sampai ke Batang Peranap dan tenggelamdi daerah itu. Mengenai jalan yang diikutinya, bukan di Sungai Kuantan. Hanya jalan yang diikutinya itu adalah di dalam hutan. Hutan itu sejak dari Kuala Lubuk Ramo, terus ke daerah Cerenti, dan akhirnya sampai ke Batang Peranap.
Sebagai bukti cerita dari orang tua-tua, bahwa sungai yang dilalui kotak itu sampai saat sekarang masih ada, yaitu Sungai Kukok. Mengenai Sungai Kukok itu, semenjak dari pantai Lubuk Ramo, dan sampai perbatasan Peranap dinamakan Sungai Kukok atau dinamakan Hutan Kukok dan daerah Kukok.

cerita dari kec. INUMAN KUANTAN SINGINGI


Si Mikin
(cerita anak durhaka dari kuantan singingi)
By. Mulfransware Yusda
Cerita ini diangkat dari cerita rakyat Rantau Kuantan. Namun, ditulis berdasarkaan fiktif belaka. Penulis mendapatkan cerita dari seorang narasumber yamg benama Samsia, menurut Samsia cerita ini ia dapatkan dari ibunya yang bernama Intan, dan Intan juga mendapatkan cerita ini dari ibunya. Begitulah seterusnya cerita ini telah diwariskan secara turun-temurun dari ibu ke anak.
Dahulu kala di Rantau Kuantan, di kenegrian yang bernama Inuman, tepatnya di Si Buayo atau yang juga dikenal dengan lubuak Si Payuang. Disinilah tersebutnya kisah Si Mikin. Si mikin yang telah lama di tinggalkan ayahnya, ia hanya hidup dan tinggal bersama ibunya, kehidupan mereka sangat susah. Ibunya hanya berkerja menampi beras orang dan bisanya mendapat upah secupak (setara dengan ¼ tekong) dari tapian tersebut.
Suatu hari Si Mikin berteriak memanggil-manggil ibunya.
 ‘’ omak, , , omak. . .” ujar si mikin.
 Lalu ibunya menjawab ‘’  apo lei lei nak bujang omak’’.
Sambil menunduk Si Mikin menjawab “Mikin ingin poi marantau mak , siapo sangko je omak rak, iduik di nagori urang bisa mandatangan rasoki”.
Setelah mendengar perkataan Si Mikin tersebut , ibunya berusaha untuk mencegah si mikin untuk pergi merantau, namun Si Mikin tetap bersikeras ingin pergi merantau, akhirnya ibunya terpaksa mengizinkan Si Mikin pergi.
Berbekal limpiang bore ( kerak nasi) berangkatlah si mikin ke negeri seberang.
“ kayua la kayua , uwik den uwik, luan manuju tobiang suborang...’’
Setelah si mikin lama merantau dan tak tau di mana berada. Terdengarlah kabar bahwa simikin telah kembali. Mendengar berita tersebut ibunya lansung pergi ke sibuayo tempat di mana kapal-kapal berlabuh di masa itu. Setelah sampai di si buayo ibunya melihat si mikin berdiri di atas kapal. Tetapi si mikin bukan lagi si mikin melainkan si kaya. Si Mikin yang dulu ramah kini menjadi angkuh dan sombong.
Sambil berteriak ibunya manggil si mikin
“ mikin... mikin... iko omak nak...”

Tekejutlah  si mikin mendengar kata-kata tersebut, dengan perasaan yang gugup si mikin menjawab..
“ iko omak po mak,,, ndak ah, omak den mudo lei,,, indak tuo macam ko re,,, poi manjawuah dari tobiang ko, sabolun di sipak,,,”
Mendengar perkaataan anaknya tersebut, mengalir lah air mata sang ibu,,, dan kembali berkata...“ iyo nak, iko omak... ang la lamo poi marantau,,, jadi ndak mungkin omak mudo macam dulu lei..”
Namun dengan kerasnya si mikin mebantah“ indak,,, kau indaklah omak den,,, poi dari siko...” lalu si mikin memerintahkan pengawalnya untuk memutar haluan kapal, dan segera pergi hendak menuju kuala indragiri.
Melihat hal tersebut ,,, dengan perasaan sedih, sambil menangis keluarlah kata-kata dari mulut ibu si mikin.“ iyo ang kan poi po nak,,, kalau iyo jadilah ang olang soghak... biar omak jadi buayo,,,”.
Setelah ibu si mikin berkata demikian, angin ribut bertiup kencang, gelombang semakin kuat yang membuat tenggelamnya kapal si mikin.
Setelah kejadian tersebut sering terlihat seekor burung elang yang terbang kesana-kemari di atas bekas tenggelamnya kapal si mikin, penduduk sekitar percaya bahwa elang tersebut adalah si mikin yang disabut dengan (olang soghak). Apabila air sungai kuantan surut,akan terlihat lipatan-lipatan kain, dan beberapa buah batu yang menyeripai payumg yang  dipercaya isi dari kapal si mikin. Oleh kare itu si biayo juga di kenal dengan lubuak si payuang.

Syair Si Mikin
Tasobiklah dimaso dulunyo
Disibuayo tompeknyo
Lubuak si payuang subuiktannyo
Di desa banjar nan tigo

Disiko Kuantan olun banamo Kuantan
Disiko Inuman olun banamo Inuman
Limpato nan tasobuiktan
Ikolah kisahnyo mari kito dongarkan

Si mikin poi marantau
Ondak majalang sabuah pulau
Marubah iduik nan kacau
Maapuih maso nan la lampau

Dek sorik iduik di kampuang
Dek sompik adonyo untuang
Nyo cubo balayar dari sabuah tanjuang
Ondak malapamgan sompiknyo untuang

Dek jawuahnyo marantau
Mungkin ka mudiak ka minang kabau
Ntah ka ulak ka jarojau
Tinggalah omaknyo jo a

carito kukok

Karak si Mikin oleh aprizal


Cerita Rakyat Kuantan Singingi

“KARAK MIKIN”
Kecamatan Inuman
Desa Banjarnan Tigo

ASSALAMU’ALAIKUM WR.WB.

Baiklah pemirsa,dalam paparan artikel berikut ini saya akan menceritakan sebuah cerita rakyat asli dari Inuman.
Dahulu kala,ada satu keluarga yang hidup terpencil dari keramaian.Keluarga ini hanya ada ibu dan anaknya yang hidup bahagia walau tanpa bapak/suaminya.Setiap hari ibu dan anak ini bekerja banting tulang demi memenuhi kebutuhan hidup mereka.Mereka hanya tinggal di gubuk tua pesisir sungai Kuantan.
Dulunya sungai kuantan ini cukup dalam,sehingga kapal bisa berlabuh di tepi sungai.Lalu para awak kapal bongkar barang-barang bawaannya.Kebetulan si Mikin( nama anaknya si ibu) lewat depan kapal besar itu.Dan membantu kapal tersebut bongkar barang.
Suatu hari,si Mikin mau pergi merantau ke negeri orang.Lalu dia minta izin ke ibunya,.Namun,ibunya tidak mengizin kan.Karena ibunya tidak ingin kehilangan anggota keluarganya yang tinggal satu-satunya.Ternyata suaminya ini tenggelam di laut,hal inilah yang membuat ibunya berat melepaskan anaknya,.
Tapi si Mikin tak mwu menyerah,dia terus meyakinkan ibunya bahwa dia akan baik-baik saja.Dengan hati yang berat dan sedih,akhirnya si Mikin pun di izinkan pergi bersama kapal yang berlabuh tadi..
Singkat cerita,setelah si Mikin sukses di negeri orang dengan bekerja paada saudagar kaya.Dan anak saudagar ini pun menikah dengan si Mikin.
Suatu hari,istrinya bertanya,”bang? Memang orang tua bang masih adakah?”.Lalu si Mikin menjawab,”yah masih ada kok”jawab si Mikin.”Kapan kita bisa menjenguk mereka bang?” tanya si istrinya.Baiklah,kalau itu yag adinda inginkan,kita akan menjenguk orang tua bang besok.
Sesampainya di kampung halaman si Mikin,dengan membawa kapal megah.Dan penduduk sekitar pun segera mengabarkan bahwa si Mikin telah pulang.Kemudian,ibunya ini pun pergi menjenguk si Mikin.Sesaat kemudian,”Mikin.....??? Mikin.....kau telah pulang nak!! Kesini ,! Peluklah ibumu ini nak!!”.Lalu,si Mikin terkejut bahwa ada yang mengenalinya.Dengan sombongnya,dia pun tidak mengakui bahwa itu adalah ibunya,malahan berkata,”kau buka ibuku? Tidak  mungkin ibuku centang prenang kayak mu ini”.Lalu istrinya bertanya,”apakah ini ibumu bang?”.Dengan tegas si Mikin menjawab,”bukan,bukan dia ibuku..mana mungkin ibuku seperti itu! Sedangkan aku rapih dan bersih begini”.
Dengan kecewa,ibunya pun menangis di iringi awan pun mendung dan turun hujan deras.Kesal,sedih,dan kecewa berat ibunya pun mengutuk anaknya yang durhaka,”dasar anak durhaka kau Mikin?...susah payah ku besarkan kau,aku tidak mengharap apapun darimu,Cuma ingin di akui sebagai ibupun kau tak mau...sekarang hatimu keras seperti batu,jadilah kamu batu?!!! Dan semua harta benda mu ini,akan karam didalam sungai kuantan ini.Kapal mu telungkup menjadi karak,atau lubuk tempayun....”.Dengan sekejap saja,semuanya berubah sesuai kata ibunya si Mikin..
Begitulah cerita rakyat Kuantan Singingi dari Inuman,desa Banjarnan Tigo.Dengan sedikit pengubahan dari yang aslinya,.
Mohon ma’af jika ada kesamaan nama,tempat,pelaku,ataupun kisahnya,karena ini adalah tuturan langsung dari tetua adat di daerah kelahiran saya.